Detail Cantuman
Pencarian SpesifikText
Bulan Terbelah di Langit Amerika
Amerika dan Islam. Sejak 11 September 2001, hubungan keduanya berubah. Semua orang berbondong-bondong membenturkan mereka. Mengakibatkan banyak korban berjatuhan; saling curiga, saling tuding, dan menyudutkan banyak pihak. Ini adalah kisah perjalanan spiritual di balik malapetaka yang mengguncang kemanusiaan. “Apa? Wajah Nabi Muhammad junjunganku terpahat di atas gedung ini? Apa-apaan ini! Penghinaan besar!” seruku pada Julia. Mataku hampir berair menatap patung di dinding Supreme Court atau Mahkamah Agung Amerika Serikat, tempat para pengadil dan terhukum di titik puncak negeri ini. “Jangan emosi. Tak bisakah kau berpikir lebih jauh, Hanum? Bahwa negeri ini telah dengan sadar mengakui Muhammad sebagai patron keadilannya. Bahwa Islam dan Amerika memiliki tautan sejarah panjang tentang arti perjuangan hidup dan keadilan bagi sesama. “Akulah buktinya, Hanum.” Kisah petualangan Hanum dan Rangga dalam 99 Cahaya di Langit Eropa berlanjut hingga Amerika. Kini mereka diberi dua misi berbeda. Namun, Tuhan menggariskan mereka untuk menceritakan kisah yang dimohonkan rembulan. Lebih daripada sekadar misi. Tugas mereka kali ini akan menyatukan belahan bulan yang terpisah. Tugas yang menyerukan bahwa tanpa Islam, dunia akan haus kedamaian. Kisah yang diminta rembulan kepada Tuhan. Kisah yang disaksikan bulan dan dia menginginkan Tuhan membelah dirinya sekali lagi sebagai keajaiban. Namun, bulan punya pendirian. Ini untuk terakhir kalinya. Selanjutnya, jika dia bersujud kepada Tuhan agar dibelah lagi, itu bukan untuk keajaiban, melainkan agar dirinya berhenti menyaksikan pertikaian antarmanusia di dunia.
Sinopsis Buku:
Pria berbadan besar itu tak menghiraukanku. Dia sudah lelah diwawancarai berkali-kali. Aku melihatnya diwawancara dengan gaya berapi-api. Baginya, menentang pendirian masjid di Ground Zero berarti memuliakan jiwa-jiwa orang tercinta yang mati di tragedi WTC.
Kembali aku berteriak. Dia melihatku sekilas, kemudian melengos. Aku berteriak-teriak lagi karena tak punya pilihan lain.
“Sir, do you think the world would be better without Islam?”
*
“The world would be better without Islam?”
Di tengah gempuran Islamofobia di dunia Barat, Hanum terpaksa melakukan tugas liputan untuk tema besar itu, meski dengan berat hati. Ia berusaha mendapatkan narasumber dari keluarga korban Tragedi 9/11 yang dituduh menghancurkan gedung WTC.
Dunia seakan diajak membenci Islam lewat pemberitaan negatif. Apa yang bisa Hanum dan Rangga lakukan untuk membalik stigma itu? Di belantara New York yang sama sekali asing, Hanum dan Rangga pun belajar arti kehilangan orang yang dicintai.
Ketersediaan
Informasi Detail
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
813 RAI b
|
Penerbit | Gramedia Pustaka Utama : Jakarta., 2014 |
Deskripsi Fisik |
344 hlm.
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
978-602-03-0545-5
|
Klasifikasi |
813
|
Tipe Isi |
text
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subjek | |
Info Detail Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain
Lampiran Berkas
Informasi
Akses Katalog Publik Daring - Gunakan fasilitas pencarian untuk mempercepat penemuan data katalog